Temuan Laporan Mengenai Indonesia: East Asia and Pacific Economic Update, Mei 2012
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia di triwulan
terakhir tahun 2011 mencapai 6,5% dan telah meningkat. Pertumbuhan ekonomi
tahunan untuk tahun 2011 juga 6.5% dan merupakan yang tertinggi pertumbuhan
tertinggi sejak tahun 1996 dan naik dari 6,1% pada tahun 2010.
Pada awal bulan Maret yang lalu, pemerintah
mengajukan revisi anggaran untuk 2012 yang telah ke DPR. Defisit pada anggaran
2012 yang diusulkan dan disetujui adalah 2,2% dari PDB, naik dari 1,5% pada
anggaran 2012 awal disebabkan terutama karena subsidi energi yang lebih
tinggi. Namun Bank Dunia memperkirakan bahwa jika harga minya rata-rata US$120
per barel sepanjang tahun, defisit untuk 2012 dapat meningkat menjadi 3,1% dari
PDB jika tidak ada penyesuaian harga BBM bersubsidi, atau 2,5% dari PDB adalah
kenaikan harga BBM yang akan diimplementasikan pada triwulan ke-3 tahun 2012.
Belanja tambahan untuk subsidi BBM membuka
peluang utuk biaya yang besar, namun belum tentu menyebabkan masalah
keberlanjutan fiskal jangka pendek mengingat posisi hutang awal Indonesia yang
kuat. Namun, risiko memukul batas defisit di Indonesia sebesar 3 persen dari
PDB kemungkinan dapat memicu pengetatan pengeluaran di area-area utama
pembangunan.
Sebuah moderasi yang mencerminkan revisi
penurunan terhadap pertumbuhan mitra dagang utama telah diproyeksikan untuk
2012 di Indonesia, tetapi hal tersebut tidak dapat terlepas dari dukungan
terhadap pertumbuhan pasar dalam negeri. Namun, setiap kenaikan harga BBM di
akhir tahun, serta inflasi yang terjadi, dapat mengurangi pertumbuhan konsumsi
swasta.
Secara keseluruhan, pertumbuhan untuk 2012
akan tetap kuat di 6.1% dan akan meningkat kembali ke 6.4% di 2013.
Perkembangan-perkembangan dalam perekonomian
global dan pasar-pasar keuangan juga menggambarkan penurunan risiko untuk
pengamatan jangka pendek bagi Indonesia. Pasar-pasar keuangan internasional dan
aliran-aliran portofolio ke Indonesia akan tetap bergejolak
danoutlook perekonomian global juga tidak menentu. Dampak langsung dari
pertumbuhan yang lebih rendah di Uni Eropa terhadap Indonesia kemungkinan akan
terbatas, karena ekspornya relatif terdiversifikasi dengan tujuan.
Ketergantungan Indonesia pada ekspor
komoditas telah mendukung pertumbuhan kenaikan harga komoditas selama beberapa
tahun terakhir. Dalam hal ini, perkembangan di Cina memiliki kepentingan
tertentu mengingat pengaruh mereka pada permintaan komoditas dan harga (seperti
dibahas dalam bagian utama laporan ini).
Melihat pada jangka menengah, upaya
berkelanjutan untuk menghapus distorsi lain dalam kegiatan ekonomi dan untuk
meningkatkan alokasi dan efisiensi belanja pemerintah dapat membantu Indonesia
mencapai tujuannya yang inklusif dan pertumbuhan yang lebih tinggi. Mengarahkan
belanja dengan mengurangi subsidi BBM hanya langkah pertama.
Perkembangan dalam usaha meningkatkan alokasi
dan efisiensi anggaran belanja pemerintah adalah faktor penting untuk meraih
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan diatas 7% dengan meyakini bahwa semua
orang menikmati manfaatnya. Perbaikan iklim bisnis dan kebijakan peraturan
dapat membantu Indonesia mencapai tingkat pertumbuhan yang dikehendaki .
Sumber: http://www.worldbank.org/in/news/2012/05/23/key-findings-on-indonesia-east-asia-and-pacific-economic-update-may-2012
No comments:
Post a Comment