(rna) http://ekbis.sindonews.com/read/2012/09/27/32/675301/bi-penyerapan-valas-masih-rendah
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI)
menyatakan, kinerja ekspor yang kurang baik disinyalir sebagai salah satu
penyebab masih rendahnya penyerapan likuiditas valuta asing (valas)
melalui term deposit (TD) valas.
Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter BI, Hendar menilai, kondisi tersebut
bisa saja membaik asalkan aktivitas ekspor dan impor lebih seimbang. "TD
valas saat ini mencapai USD2,99 miliar, memang sempat di atas USD3 miliar.
Kalau ekspornya sudah pulih mungkin bisa mencapai USD3 miliar," terangnya
kepada wartawan di Gedung Bank Indonesia, Kamis, (27/9/2012).
BI hingga saat ini masih terus berupaya menambah keragaman instrumen pada pasar
valas. Hal itu dilakukan guna menyeimbangkan aktivitas ekspor dan impor
sekaligus memperkuat ketersediaan valas nasional. "Di samping menambah
keragaman instrumen pada pasar domestik, TD valas akan memperkuat ketersediaan
valas BI jika diperlukan," sambungnya.
Instrumen TD valas ini diakui Hendar merupakan salah satu langkah Bank
Indonesia untuk menyerap likuiditas valas di pasar dalam negeri. Pasalnya,
selama ini banyak perbankan dalam negeri yang menempatkan valasnya di luar
negeri. "Kekurangan outlet instrumen pada pasar uang valas
menyebabkan bank-bank domestik menempatkan kelebihan likuiditas valas pada
bank-bank di luar negeri," pungkasnya.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/10/121004_iran_moneychanger.shtml
Para pedagang valuta asing di ibukota Iran, Teheran, menutup toko mereka selama dua hari berturut-turut di tengah penurunan nilai mata uang negara itu, rial.
Beberapa pedagang di pasar utama, Grand Bazaar, mengatakan mereka tetap menutup toko mereka hari Kamis (04/10) karena alasan keamanan setelah kemarin terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.
Para pedagang valuta asing di ibukota Iran, Teheran, menutup toko mereka selama dua hari berturut-turut di tengah penurunan nilai mata uang negara itu, rial.
Beberapa pedagang di pasar utama, Grand Bazaar, mengatakan mereka tetap menutup toko mereka hari Kamis (04/10) karena alasan keamanan setelah kemarin terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.
Mereka mengatakan sebagian besar toko
memilih tutup, tetapi ada satu atau dua pedagang yang membuka tokonya meskipun
hanya beberapa jam.
"Seharusnya saya menutup toko tetapi saya memerlukan konsumen berapa pun jumlahnya. Mungkin nanti saya akan menutup toko. Kondisi penukaran uang tidak bisa terus menerus seperti ini," kata seorang pedagang yang tidak mau disebutkan namanya seperti dilaporkan kantor berita AFP.
Asosiasi pedagang Grand Bazaar dalam pernyataannya menyebutkan bahwa pasar akan buka kembali pada Sabtu mendatang "dengan pengawalan pasukan keamanan".
Penutupan toko-toko valuta hari ini dilakukan sehari setelah para pedagang turun ke jalan-jalan di Teheran. Pengunjuk rasa bentrok dengan polisi yang menggunakan gas air mata untuk membubarkan pemrotes.
Bentrokan kali ini merupakan kerusuhan pertama menyusul penurunan drastis rial. Banyak warga Iran menyalahkan Presiden Mahmoud Ahmadinejad atas krisis itu.
Rial dilaporkan kehilangan nilai hingga 80% sejak akhir 2011.
Wartawan BBC Karen Zarindast melaporkan penurunan mata uang Iran menunjukkan bahwa sanksi ekonomi negara-negara Barat terhadap Iran terkait program nuklir telah mempengaruhi aktivitas ekonomi dan perdagangan.
"Seharusnya saya menutup toko tetapi saya memerlukan konsumen berapa pun jumlahnya. Mungkin nanti saya akan menutup toko. Kondisi penukaran uang tidak bisa terus menerus seperti ini," kata seorang pedagang yang tidak mau disebutkan namanya seperti dilaporkan kantor berita AFP.
Asosiasi pedagang Grand Bazaar dalam pernyataannya menyebutkan bahwa pasar akan buka kembali pada Sabtu mendatang "dengan pengawalan pasukan keamanan".
Penutupan toko-toko valuta hari ini dilakukan sehari setelah para pedagang turun ke jalan-jalan di Teheran. Pengunjuk rasa bentrok dengan polisi yang menggunakan gas air mata untuk membubarkan pemrotes.
Bentrokan kali ini merupakan kerusuhan pertama menyusul penurunan drastis rial. Banyak warga Iran menyalahkan Presiden Mahmoud Ahmadinejad atas krisis itu.
Rial dilaporkan kehilangan nilai hingga 80% sejak akhir 2011.
Wartawan BBC Karen Zarindast melaporkan penurunan mata uang Iran menunjukkan bahwa sanksi ekonomi negara-negara Barat terhadap Iran terkait program nuklir telah mempengaruhi aktivitas ekonomi dan perdagangan.
No comments:
Post a Comment